Tag Archives: TINJU

https://hementeslimat.com

Skandal di Dunia Tinju: Floyd Schofield Diduga Diracun, Duel Lawan Shakur Stevenson Dibatalkan

Kontroversi besar mengguncang dunia tinju setelah duel antara Shakur Stevenson dan Floyd Schofield secara mendadak dibatalkan. Laga yang seharusnya menjadi salah satu partai pendukung dalam pertarungan Artur Beterbiev vs Dmitry Bivol 2 di Arab Saudi terpaksa dibatalkan setelah muncul dugaan bahwa Schofield telah diracun.

Petinju muda berusia 22 tahun itu awalnya terlihat hadir di Arab Saudi pada Senin dan mengikuti berbagai agenda media. Namun, secara misterius, ia menghilang pada hari berikutnya dan tidak muncul dalam acara penyambutan resmi. Pertarungan tersebut sejatinya merupakan perebutan gelar Kejuaraan Dunia Kelas Ringan WBC yang dinantikan banyak penggemar.

Rumor mengenai dugaan peracunan mulai menyebar luas di media sosial setelah bocoran pesan dari ayah Schofield, Floyd Schofield Sr, beredar secara online. Dalam pesan tersebut, seseorang memperingatkan bahwa putranya telah diracuni oleh pihak yang tidak disebutkan namanya. Tangkapan layar dari pesan tersebut pun menjadi viral, semakin memperkuat spekulasi mengenai kejadian tersebut.

Pihak penyelenggara sempat berusaha mencari lawan pengganti bagi Stevenson di menit-menit terakhir. Namun, duel tersebut tetap dibatalkan, meskipun acara utama antara Artur Beterbiev vs Dmitry Bivol tetap berlangsung. Selain itu, pertarungan lain antara Daniel Dubois dan Joseph Parker untuk memperebutkan gelar Juara Dunia Kelas Berat IBF juga tetap berjalan sesuai rencana.

Schofield sebelumnya sempat berbicara kepada media mengenai persiapannya dan tampak sangat antusias menghadapi laga tersebut. Dalam wawancaranya dengan TalkSPORT, ia menyatakan bahwa ini adalah peluang besar baginya dan ia bertekad untuk memberikan yang terbaik di atas ring.

Sementara itu, Eddie Hearn, salah satu promotor tinju terkemuka, sempat optimis bahwa duel ini tetap bisa berlangsung. Ia mengatakan bahwa Schofield sedang bersiap menjalani timbang badan, sehingga ketidakhadirannya bukanlah indikasi bahwa pertarungan akan batal. Namun, situasi yang semakin tidak jelas akhirnya membuat pertarungan ini resmi dibatalkan.

Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak penyelenggara atau promotor terkait dugaan peracunan ini. Namun, insiden ini telah menambah daftar panjang kontroversi yang terjadi di dunia tinju profesional.

Keyshawn Davis Rebut Sabuk WBO, Tantang Gervonta dan Lomachenko: Siapa yang Berani Melawan?

Keyshawn Davis mencatat kemenangan gemilang dengan mengakhiri rekor tak terkalahkan Denys Berinchyk sekaligus merebut sabuk WBO kelas ringan. Dalam duel yang berlangsung di Madison Square Garden Theater, New York, Jumat malam, Davis tampil dominan dan sukses meng-KO Berinchyk pada ronde keempat. Kemenangan ini langsung membuatnya menjadi sorotan di dunia tinju dan membuktikan bahwa dirinya adalah ancaman serius di divisi ini.

Tak ingin menyia-nyiakan momentumnya, Davis segera menantang dua petinju elit di kelas ringan, yakni Gervonta “Tank” Davis dan Vasily Lomachenko. Namun, banyak yang meragukan kesediaan kedua petinju itu untuk menghadapi Keyshawn, terutama karena perbedaan ukuran tubuh yang cukup mencolok. Dalam pertarungan melawan Berinchyk, Davis tampak memiliki keunggulan fisik yang signifikan, yang mungkin menjadi faktor kunci dalam kemenangannya.

Hal ini pun memicu perdebatan tentang keadilan dalam pertandingan. Beberapa pihak menilai bahwa seharusnya ada aturan rehidrasi yang lebih ketat untuk mencegah petarung kelas ringan bertarung dengan berat badan mendekati kelas menengah. Keyshawn Davis dilaporkan mencapai 75,2 kilogram setelah proses rehidrasi, jauh melampaui batas kelas ringan. Dengan bobot sebesar itu, banyak yang merasa bahwa pertarungan ini tidak benar-benar seimbang bagi lawannya.

Dengan kecilnya peluang Gervonta Davis dan Lomachenko menerima tantangan tersebut, Keyshawn harus mencari lawan yang lebih realistis. Meski mungkin tidak mendatangkan bayaran besar, pertarungan melawan petinju dengan kredibilitas tinggi akan lebih memperkuat reputasinya. Jika ia ingin diakui sebagai salah satu petinju terbaik di divisi ini, ia perlu menghadapi lawan yang benar-benar bisa menguji kemampuannya.

Duel Sengit di Ring: Carlos Gonzalez Siap Pertahankan Gelar WBA NABA Melawan Alexander Espinoza

Petinju asal Amerika Serikat, Carlos Gonzalez, bersiap mempertahankan gelar juara kelas bulu WBA North American Boxing Association (NABA) dalam laga yang dijadwalkan berlangsung pada 15 Februari 2025 di Uncasville, Connecticut. Lawannya kali ini adalah petinju tangguh asal Nikaragua, Alexander Espinoza, yang memiliki pengalaman bertanding lebih banyak di ring profesional.

Berdasarkan laporan resmi WBA yang dikutip Selasa (11/2), Gonzalez akan mempertaruhkan gelarnya dengan rekor impresif 14 kemenangan tanpa kekalahan, di mana 13 kemenangan diraihnya melalui knockout (KO). Petinju berusia muda ini telah menarik perhatian sejak memulai debut profesionalnya pada 2022. Puncak kejayaannya terjadi pada 2024 saat ia mengalahkan Duke Micah lewat KO untuk merebut gelar WBA NABA. Dengan kekuatan pukulan dan agresivitasnya di atas ring, Gonzalez kini berada di peringkat ke-11 WBA di divisi featherweight.

Sementara itu, Espinoza hadir sebagai lawan yang tak bisa diremehkan. Dengan pengalaman lebih dari 180 ronde profesional, ia mencatatkan 26 kemenangan, enam kekalahan, dan dua hasil seri. Meski sempat mengalami tiga kekalahan beruntun akibat cedera mata dan luka di kepala, petinju asal Nikaragua ini berhasil bangkit dan meraih serangkaian kemenangan yang membuktikan ketangguhannya.

“Duel ini akan menjadi pertarungan yang luar biasa, mengingat kekuatan pukulan KO dari Gonzalez serta daya tahan Espinoza yang telah teruji dalam berbagai laga,” tulis WBA dalam pernyataan resminya.

Pertarungan ini diprediksi berlangsung sengit, dengan Gonzalez berusaha mempertahankan sabuk juaranya, sementara Espinoza ingin membuktikan bahwa dirinya masih menjadi ancaman serius di divisi ini. Akankah Gonzalez terus mempertahankan rekor tak terkalahkannya, atau Espinoza yang akan merebut kejayaan?

Naoya Inoue: “Monster” Tanpa Kekalahan yang Mengukir Sejarah di Dunia Tinju

Naoya Inoue, petinju asal Jepang yang dijuluki “Monster,” terus memperlihatkan dominasinya di dunia tinju dengan rekor yang sangat mengesankan. Inoue telah mencatatkan 29 kemenangan sempurna tanpa mengalami kekalahan atau hasil imbang sepanjang karier profesionalnya. Dari total kemenangan tersebut, 26 di antaranya diraih dengan KO, membuktikan betapa kuatnya pukulan yang dimilikinya.

Lahir di Zama, Prefektur Kanagawa, Jepang pada 10 April 1993, Inoue terinspirasi untuk mengejar karier tinju oleh ayahnya, Shingo Inoue, seorang mantan petinju amatir. Meskipun ayahnya memberi peringatan mengenai kerasnya dunia tinju, Inoue tetap teguh pada keputusan untuk mengikuti jejaknya. “Jangan khawatir, Ayah. Aku akan menjadi lebih kuat,” ujar Inoue.

Sejak kecil, Inoue berlatih di sasana tinju milik keluarganya bersama adiknya, Takuma. Prestasi amatirnya sangat mencolok, termasuk kemenangan di Kejuaraan Nasional Junior Jepang pada usia 16 tahun. Setelah gagal di final Kualifikasi Olimpiade Tinju Asia 2012, Inoue memanfaatkan pengalaman tersebut sebagai batu loncatan untuk terjun ke dunia profesional.

Debut profesionalnya dilakukan pada usia 19 tahun dengan kemenangan KO di ronde keempat melawan juara Filipina, Crison Omayao. Julukan “Monster” diberikan oleh pemilik Ohashi Gym, Hideyuki Ohashi, yang menilai potensi luar biasa pada dirinya. Inoue kemudian meraih gelar juara dunia WBC kelas light flyweight setelah mengalahkan Adrian Hernandez pada 2014. Ia melanjutkan dominasinya dengan meraih gelar WBO junior bantam setelah mengalahkan Omar Narvaez dengan KO di ronde kedua.

Karier Inoue semakin menanjak, dengan memenangkan gelar WBA Regular kelas bantam pada 2018 melalui KO atas Jamie McDonnell. Pada 2019, ia menambah koleksi gelarnya dengan meraih gelar IBF dan The Ring setelah menumbangkan Emmanuel Rodriguez. Pada bulan November 2019, Inoue mencetak kemenangan penting melawan Nonito Donaire, menambah sabuk WBA Super ke dalam koleksinya.

Tidak berhenti di situ, pada 2023, Inoue melangkah lebih jauh dengan naik ke kelas bantam super dan meraih gelar WBC dan WBO di kelas tersebut, menjadikannya juara dunia di empat kelas berbeda. Pada Desember 2023, ia mencatatkan sejarah sebagai petinju kedua dalam sejarah yang berhasil menyatukan empat gelar utama di dua divisi setelah mengalahkan Marlon Tapales dengan KO di ronde ke-10.

Tak Terkalahkan Hingga 2025, Sulaimaan dan 4 Petinju Inggris Teratas

Inggris kembali memperkuat posisinya sebagai pusat kekuatan tinju dunia, dengan sederet petinju muda yang siap melanjutkan warisan legendaris dari Tyson Fury dan Anthony Joshua. Tahun 2025 diprediksi akan menjadi tahun di mana generasi baru petinju Inggris mulai bersinar dan membangun warisan mereka sendiri. Berikut adalah lima petinju Inggris yang pantas untuk diperhatikan di tahun ini:

1. Junaid Bostan (10-0, 8 KO)

Junaid Bostan, petinju asal Rotherham yang bertarung di kelas super welter, semakin dikenal sebagai salah satu bintang muda yang paling menjanjikan. Dengan catatan tak terkalahkan dan delapan kemenangan melalui KO, Bostan menunjukkan kedewasaan luar biasa di atas ring. Keahlian memilih pukulan dengan presisi serta ketenangannya saat bertarung telah mengesankan banyak pengamat. Performa mengesankan dalam pertarungannya melawan Gordie Russ II menegaskan bahwa Bostan bukan hanya sekadar petinju berbakat, tetapi juga petarung yang tangguh. Tahun 2025 diperkirakan akan menjadi momen besar bagi Bostan untuk memantapkan namanya di dunia tinju.

2. Pat McCormack (6-0, 4 KO)

Meskipun menghadapi beberapa tantangan akibat cedera, Pat McCormack tetap menjadi salah satu ancaman terbesar di kelas welter. Petinju asal Inggris ini meraih medali perak di Olimpiade Tokyo 2020 dan terus menunjukkan keahlian luar biasa dalam mengontrol jarak dan tempo pertarungan. Kecepatan tangan dan footwork-nya yang memukau memungkinkan McCormack untuk mendominasi lawan-lawannya. Jika ia dapat mempertahankan kebugaran di sepanjang 2025, McCormack memiliki potensi untuk menantang petinju-petinju terbaik dunia dan meraih kesuksesan besar.

3. Francesca Hennessy (5-0, 1 KO)

Fran Hennessy tampil mencuri perhatian di 2024 dengan kemenangan atas gelar WBA Inter-Continental. Meskipun masih berusia 20 tahun, Hennessy menunjukkan kematangan luar biasa di atas ring, berkat didikan pelatih Bradley Skeete, mantan juara Inggris dan Persemakmuran. Gaya bertarungnya yang mengandalkan gerakan kaki dan kemampuan bertahan membuatnya menjadi petinju yang sangat menjanjikan. Tahun 2025 diprediksi akan menjadi tahun penuh keberhasilan bagi Hennessy, yang semakin memperkokoh posisinya sebagai salah satu bintang masa depan Inggris.

4. Hamza Uddin (4-0, 1 KO)

Petinju asal West Midlands, Hamza Uddin, terus menunjukkan perkembangan pesat sejak memasuki dunia tinju profesional. Kemenangan terbarunya di undercard Dalton Smith vs. Walid Ouizza menegaskan bahwa Uddin memiliki kemampuan pukulan yang impresif dan strategi bertarung yang semakin matang. Dengan rekam jejak amatir yang cemerlang, Uddin diperkirakan akan menjalani tahun 2025 yang penuh kesuksesan dan lebih banyak kemenangan, menambah popularitasnya di dunia tinju profesional.

5. Ibraheem “Spider” Sulaimaan (7-0, 4 KO)

Ibraheem Sulaimaan, yang dijuluki “Spider” karena gaya bertarungnya yang lincah dan sulit diprediksi, terus menunjukkan bahwa ia merupakan salah satu talenta terbaik di kelas bulu super. Rekam jejaknya yang belum terkalahkan, dengan empat kemenangan KO, mencatatkan namanya sebagai petinju yang patut diperhitungkan. Kemenangan mengesankan atas Reuquen Arce menunjukkan kemampuannya dalam menyerang dari berbagai sudut dan pertahanan yang kokoh. Dengan transisi mulus dari karier amatir ke profesional, Sulaimaan diprediksi akan menjadi salah satu petinju paling menakutkan di divisinya pada tahun 2025.

Dengan lima petinju muda ini, Inggris semakin dekat untuk mencetak lebih banyak juara dunia. Tahun 2025 bisa jadi menjadi titik balik bagi generasi baru ini untuk menorehkan prestasi besar dan menambah panjang warisan tinju Inggris yang telah mendunia.

Muda dan Berbahaya: Moses Itauma Taklukan Lawrence Okolie di Usia 16 Tahun

Di usia muda, Moses Itauma sudah mencuri perhatian dunia tinju internasional. Kisahnya dimulai ketika, pada usia 16 tahun, ia mengejutkan banyak orang dengan kemampuannya saat melakukan sparring melawan Lawrence Okolie, juara dunia kelas penjelajah WBO kala itu. Kini, di usia 19 tahun, Itauma telah dinobatkan sebagai Prospek Terbaik Tahun Ini oleh sejumlah media olahraga ternama. Banyak yang memprediksi bahwa petinju muda kelas berat ini akan segera menjadi juara dunia.

Perjalanan dari Sekolah ke Ring Tinju Profesional

Karier profesional Itauma dimulai pada 2023, saat ia baru berusia 18 tahun. Namun, bakatnya sudah terlihat sejak ia aktif di dunia tinju amatir. Di berbagai turnamen internasional, Itauma dengan mudah mengungguli lawan-lawan yang lebih tua darinya, membuatnya dilirik oleh pelatih dan petinju kawakan.

Salah satu momen yang mengukuhkan reputasinya terjadi di sebuah sasana tinju yang dikelola Shane McGuigan. Itauma diundang untuk membantu persiapan Okolie dalam sebuah laga penting. Kehadirannya di sana menarik perhatian Anthony Fowler, seorang petinju profesional yang juga berada di tempat tersebut. Fowler awalnya mengira Itauma, yang datang dengan seragam sekolah, hanyalah anak biasa. Namun, pandangan itu berubah setelah menyaksikan aksi luar biasa Itauma.

“Saya melihat anak ini masuk ring melawan Lawrence yang sudah melakukan enam ronde. Namun, Moses tampak tak kenal lelah. Ia menyerang tanpa henti, bahkan berhasil melancarkan pukulan kiri ke tubuh Lawrence yang membuatnya kewalahan,” ungkap Fowler.

Sparring yang Mengubah Pandangan

Fowler dan petarung lainnya di sasana menyaksikan bagaimana Itauma mampu mengimbangi bahkan memberikan tekanan pada Okolie. Hal ini sangat jarang terjadi, mengingat Okolie adalah seorang juara dunia. Setelah sesi sparring tersebut, Fowler mendekati Itauma untuk mengenalnya lebih jauh.

“Saya bertanya berapa banyak laga yang ia jalani. Dia menjawab 40, dan semuanya dimenangkannya. Saya langsung berkata padanya, ‘Saya akan bertaruh bahwa kamu akan menjadi juara dunia suatu hari nanti,’” kenang Fowler.

Potensi yang Mengguncang Dunia Tinju

Tidak hanya Fowler, bahkan pelatih seperti Shane McGuigan pun terkesan dengan kemampuan Itauma. Setelah sesi sparring pertama, Okolie tampak lebih waspada terhadap Moses dalam pertemuan berikutnya. Namun, meskipun menghadapi juara dunia yang lebih siap, Itauma tetap mampu memberikan perlawanan yang kompetitif.

“Jika anak ini terus bekerja keras dan mengasah kemampuannya, saya yakin ia akan menjadi juara dunia. Talenta seperti ini hanya muncul sekali dalam generasi,” kata Fowler.

Generasi Baru Tinju Kelas Berat

Moses Itauma kerap dibandingkan dengan bintang tinju lainnya, seperti Daniel Dubois, yang juga dikenal sebagai petarung luar biasa sejak usia muda. Dengan bakat yang dimilikinya, Itauma tak hanya menjadi harapan baru di kelas berat tetapi juga inspirasi bagi generasi muda.

Dalam perjalanan kariernya yang masih panjang, Itauma berpeluang besar untuk meninggalkan jejak yang mendalam di dunia tinju. Dengan semangat dan kemampuan yang ia miliki, banyak yang percaya bahwa dunia tinju akan segera menyaksikan era baru di mana nama Moses Itauma akan bersinar sebagai juara dunia.

Mei 2025, Ryan Garcia Kembali ke Ring Hadapi Isaac Cruz di Times Square

Dunia tinju kembali bergolak dengan pengumuman resmi dari bintang tinju Ryan Garcia. Sang petinju berbakat akan menghadapi Isaac “Pitbull” Cruz dalam duel yang dijadwalkan berlangsung pada Mei 2025 di Times Square, New York. Pertarungan ini menjadi bagian dari acara besar yang juga menghadirkan duel menarik antara Devin Haney melawan Jose Ramirez.

Ryan Garcia, yang memiliki catatan karier gemilang dengan 24 kemenangan, satu kekalahan, dan 20 kemenangan melalui KO, mengungkapkan antusiasmenya menghadapi Cruz. “Ini akan menjadi pertarungan besar lainnya, dan saya sangat siap,” ungkap Garcia dalam wawancara bersama K.O. Artist Sports. Menurutnya, Isaac Cruz, meskipun baru saja kehilangan gelar WBA kelas ringan juniornya setelah kalah split decision dari Jose ‘Rayo’ Valenzuela, tetap menjadi lawan yang tangguh dan eksplosif.

Pertarungan yang Lama Dinanti
Pertemuan antara Garcia dan Cruz sejatinya sudah direncanakan sejak lama, namun berbagai kendala membuat duel ini terus tertunda. Kini, dengan kesepakatan yang telah tercapai, penggemar tinju akhirnya akan menyaksikan duel yang penuh aksi. Garcia mengakui bahwa Cruz adalah lawan yang memiliki gaya bertarung agresif yang disukai para penggemar.

“Dia tetap petarung hebat meski kalah di pertarungan terakhirnya. Ini akan menjadi duel yang menarik, penuh aksi, dan memacu adrenalin,” tambah Garcia.

Langkah Menuju Rematch Melawan Haney
Pertarungan ini juga menjadi bagian dari persiapan Garcia sebelum rematch besar melawan Devin Haney yang dijadwalkan berlangsung pada Oktober mendatang di Riyadh, Arab Saudi. Sebelumnya, Garcia mengalami kekalahan dari Haney, dan rematch ini menjadi kesempatan baginya untuk membalas kekalahan tersebut.

“Jika saya menang melawan Cruz, saya akan melawan Haney lagi, mengalahkannya, dan membuktikan bahwa saya adalah petarung terbaik di kelas saya,” tegas Garcia.

Namun, rencana ini tidak sepenuhnya aman. Isaac Cruz dijadwalkan bertarung lebih dahulu melawan Angel Fierro pada Februari 2025. Jika Cruz kembali menelan kekalahan, tim Garcia harus mencari lawan pengganti untuk pertarungan Mei mendatang.

Antusiasme Tinggi dari Penggemar
Dengan gaya bertarung Isaac Cruz yang agresif dan kemampuan Garcia yang mumpuni, laga ini diprediksi akan menjadi salah satu sorotan utama dalam kalender tinju tahun 2025. Times Square, sebagai lokasi ikonik, akan menjadi saksi pertarungan yang dipenuhi aksi dan ketegangan.

Akankah Ryan Garcia berhasil mengalahkan Isaac Cruz dan melangkah dengan percaya diri menuju rematch melawan Devin Haney? Jawabannya akan terungkap pada Mei 2025. Yang pasti, dunia tinju sudah tak sabar menyaksikan duel seru ini.

Tyson Fury Umumkan Pensiun Dari Tinju Setelah Kekalahan Dari Usyk

Tyson Fury, mantan juara dunia tinju kelas berat, secara resmi mengumumkan pensiun dari dunia tinju melalui video yang diunggah di media sosial. Pengumuman ini datang setelah kekalahannya dalam pertarungan ulang melawan Oleksandr Usyk pada bulan Desember 2024, di mana Fury kalah dengan skor angka. Ini menunjukkan bahwa keputusan Fury untuk pensiun dipengaruhi oleh hasil pertarungan yang mengecewakan.

Dalam video singkatnya, Fury menyatakan, “Hai semuanya, saya akan membuat ini singkat dan manis. Saya ingin mengumumkan pengunduran diri saya dari dunia tinju. Ini sangat menyenangkan, dan saya menikmati setiap menitnya.” Ia menutup pernyataannya dengan kalimat yang mencolok, “Dick Turpin mengenakan topeng,” yang menimbulkan spekulasi mengenai kekecewaannya terhadap situasi dalam kariernya. Ini mencerminkan bagaimana emosi dan pengalaman pribadi dapat mempengaruhi keputusan seorang atlet.

Kekalahan dari Usyk merupakan yang kedua kalinya bagi Fury dalam waktu kurang dari satu tahun, setelah sebelumnya juga kalah dalam pertarungan pertama mereka. Kekalahan tersebut membuat banyak penggemar dan analis mempertanyakan masa depan Fury di ring tinju. Ini menunjukkan bahwa tekanan kompetisi di level tertinggi dapat menjadi faktor penentu dalam keputusan pensiun seorang petinju.

Sebelum pengumuman pensiun ini, terdapat rumor bahwa Fury akan bertarung melawan Anthony Joshua pada musim panas 2025. Promotor Joshua bahkan telah mempersiapkan Stadion Wembley untuk pertarungan tersebut. Namun, dengan keputusan pensiun Fury, harapan akan pertarungan besar ini kini tampak sirna. Ini menggambarkan betapa cepatnya dinamika dalam dunia olahraga dapat berubah.

Pengumuman pensiun ini mendapatkan berbagai reaksi dari publik dan media. Banyak yang meragukan keputusan Fury untuk pensiun secara permanen mengingat sejarahnya yang sebelumnya pernah mengumumkan pensiun tetapi kembali ke ring. Fury dikenal sebagai sosok yang flamboyan dan sering kali membuat kejutan dalam kariernya, sehingga spekulasi mengenai kembalinya ia ke tinju tetap ada. Ini menunjukkan bahwa ketidakpastian adalah bagian dari perjalanan seorang atlet profesional.

Dengan pengumuman pensiun ini, Tyson Fury meninggalkan dunia tinju dengan catatan prestasi yang mengesankan, termasuk dua kali menjadi juara dunia kelas berat. Semua pihak kini diajak untuk merenungkan warisan yang ditinggalkan Fury dalam olahraga ini. Meskipun ia menyatakan pensiun, kemungkinan kembalinya ia ke ring tetap menjadi topik hangat di kalangan penggemar tinju. Ini menjadi momen penting bagi dunia tinju untuk menghargai perjalanan karir seorang petinju legendaris seperti Tyson Fury.

Joshua Buatsi Siap Hadapi Callum Smith Dlam Pertarungan Kelas Berat Ringan Februari 2025

Pada tanggal 3 Januari 2025, kabar terbaru dari dunia tinju mengungkapkan bahwa Joshua Buatsi akan bertarung melawan Callum Smith pada 22 Februari 2025. Pertarungan ini akan berlangsung di Kingdom Arena, Riyadh, dan menjadi salah satu acara utama dalam gelaran tinju yang dinanti-nantikan.

Pertarungan antara Buatsi dan Smith menjadi sangat signifikan bagi kedua petinju, terutama setelah keduanya mengalami tantangan dalam karier mereka. Joshua Buatsi, pemegang gelar WBO Interim di kelas berat ringan, bertekad untuk membuktikan bahwa ia layak berada di puncak divisi ini. Sementara itu, Callum Smith ingin kembali ke jalur kemenangan setelah kalah dari Artur Beterbiev pada tahun lalu dan membuktikan bahwa ia masih merupakan ancaman serius di kelas ini.

Kedua petinju telah mempersiapkan diri dengan keras menjelang pertarungan ini. Buatsi, yang memiliki rekor 17-0 dengan 13 KO, berfokus pada peningkatan teknik dan stamina agar dapat menghadapi gaya bertarung Smith yang agresif. Di sisi lain, Smith, dengan rekor 29-2 dan 21 KO, berusaha kembali menemukan ritme setelah lama absen dari ring tinju. Keduanya menyadari pentingnya pertarungan ini untuk karier mereka ke depan.

Promotor Eddie Hearn telah mengungkapkan keyakinannya bahwa pertarungan ini akan menjadi salah satu yang paling menarik di tahun 2025. Ia menyatakan bahwa baik Buatsi maupun Smith adalah petinju berbakat yang siap memberikan pertunjukan terbaik bagi penggemar tinju. Antusiasme penggemar semakin meningkat menjelang tanggal pertarungan, dengan banyak yang menantikan duel antara dua bintang tinju Inggris ini.

Hasil dari pertarungan ini akan memiliki dampak besar pada klasemen divisi kelas berat ringan. Kemenangan bagi Buatsi dapat memperkuat posisinya sebagai penantang utama untuk gelar juara dunia, sementara kemenangan bagi Smith akan membuka peluang baginya untuk kembali bersaing di level tertinggi. Semua mata kini tertuju pada bagaimana kedua petinju akan bersaing dalam pertarungan yang diprediksi ketat ini.

Dengan semua persiapan dan ekspektasi yang ada, pertarungan antara Joshua Buatsi dan Callum Smith pada 22 Februari 2025 menjanjikan aksi seru di atas ring. Tahun baru membawa harapan baru bagi kedua petinju untuk membuktikan diri mereka di pentas dunia tinju. Semua pihak berharap agar pertarungan ini tidak hanya menarik tetapi juga memberikan hasil yang menggembirakan bagi penggemar tinju di seluruh dunia.

Terence Crawford Menang Telak Lawan Canelo, Jadi Petinju Terbaik dalam Tiga Dekade

Kemenangan Terence Crawford atas Saul “Canelo” Alvarez pada tahun 2025 dipandang sebagai langkah besar yang dapat mengangkatnya menjadi petinju terbaik dalam tiga dekade terakhir, menurut pelatih Greg Hackett. Namun, meskipun pujian mengalir, ada sejumlah kritik yang menilai pencapaian Crawford masih jauh dari menyamai para legenda tinju seperti Oscar De La Hoya atau Manny Pacquiao.

Hackett memuji Crawford, yang saat ini memegang rekor 41-0 dengan 31 KO, sebagai petinju yang sangat terampil, dengan gelar juara dunia yang berhasil diraih di empat divisi. Ia menilai, kemenangan atas Canelo yang sudah berada dalam kondisi terbaiknya akan memperkokoh status Crawford sebagai petinju terbaik dalam 30 tahun terakhir. “Dia memang punya kemampuan teknik yang luar biasa, tetapi untuk menjadi yang terbaik dalam tiga dekade, dia harus mengalahkan petinju-petinju yang jauh lebih tangguh,” kata Hackett.

Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya diterima oleh semua kalangan. Kritik muncul terhadap strategi yang digunakan Crawford, yang dianggap lebih memilih untuk menghindari pertarungan fisik langsung dengan Canelo, mengingat gaya bertarungnya yang lebih mengandalkan gerakan dan kecepatan. Hal ini mengingatkan pada gaya bertarung Floyd Mayweather Jr., yang dikenal dengan strategi “memukul dan lari” yang menghindari konfrontasi langsung.

Meskipun begitu, Hackett menilai Crawford memiliki keunggulan di dalam ring, terutama dengan pencapaian meraih gelar juara di empat divisi. Namun, menurutnya, banyak kemenangan Crawford yang terkesan kurang mengesankan, karena banyak lawan yang dihadapinya sudah berada di ujung karier mereka. Hackett bahkan membandingkan Crawford dengan Adrien Broner, yang juga meraih gelar juara dunia di empat divisi, namun dianggap tidak memiliki kualitas lawan yang sebanding. “Crawford memang berhasil mengalahkan lawan-lawannya, tetapi banyak dari mereka yang sudah menurun performanya,” tegas Hackett.

Di sisi lain, para kritikus tinju berpendapat bahwa meskipun Crawford mampu meraih prestasi besar, ia belum bisa disebut sebagai yang terbaik dalam 30 tahun terakhir. Mereka menilai Crawford tidak mampu mengumpulkan kemenangan sebesar mantan juara dunia enam divisi, Oscar De La Hoya, atau juara delapan divisi, Manny Pacquiao, yang kariernya dipenuhi dengan lawan-lawan tangguh yang benar-benar menguji kapasitas mereka di puncak karier.

Kritik ini semakin tajam karena banyak yang merasa Crawford diuntungkan dengan adanya promotor yang memilihkan lawan-lawan yang lebih mudah untuk dihadapi, menghindari pertarungan dengan petinju yang lebih berisiko. Bahkan, beberapa pengamat merasa bahwa Crawford hanya melawan lawan-lawan yang lebih selektif dan kurang menantang, sebuah pola yang juga dikritik pada gaya bertarung Floyd Mayweather Jr., yang terlalu selektif dalam memilih lawan untuk mempertahankan rekor sempurna “O”-nya.

Sementara itu, dunia tinju terus memperdebatkan siapa yang pantas menyandang gelar petinju terbaik dalam beberapa dekade terakhir. Dengan adanya tantangan besar dari petinju seperti Canelo, serta pengaruh promotor dan strategi bertarung, perjalanan Terence Crawford masih menyisakan tanda tanya besar apakah ia bisa benar-benar mengklaim posisi tertinggi dalam sejarah tinju dunia.