Tag Archives: MOTOGP

https://hementeslimat.com

Lando Norris Menang di F1 GP Abu Dhabi, McLaren Raih Gelar Konstruktor 2024Lando Norris Menang di F1 GP Abu Dhabi, McLaren Raih Gelar Konstruktor 2024Lando Norris Menang di F1 GP Abu Dhabi, McLaren Raih Gelar Konstruktor 2024

Lando Norris tampil gemilang di Formula 1 Grand Prix (GP) Abu Dhabi yang berlangsung di Sirkuit Yas Marina pada Minggu, 8 Desember 2024. Kemenangan ini tidak hanya menambah catatan pribadi Norris, tetapi juga mengamankan gelar juara konstruktor untuk tim McLaren, yang berhasil menggulingkan dominasi Ferrari.

Sejak awal balapan, Norris menunjukkan performa impresif dengan memulai dari posisi terdepan dan mengendalikan jalannya balapan hingga mencapai garis finis. Ia tampil sangat solid, mempertahankan posisinya meski mendapatkan tekanan sengit dari duo pebalap Ferrari, Carlos Sainz dan Charles Leclerc. Meskipun rekan setimnya, Oscar Piastri, mengalami insiden di tikungan pertama dan keluar dari persaingan, McLaren tetap mampu mengandalkan Norris untuk memastikan kemenangan dan meraih gelar konstruktor.

Kemenangan Norris menandai hari yang pahit bagi Ferrari yang meskipun menempatkan dua pebalapnya di podium, tetap gagal mempertahankan posisi McLaren. Sainz finis di posisi kedua, tertinggal 5,832 detik dari Norris, sementara Leclerc menyusul di tempat ketiga dengan selisih lebih dari 30 detik.

Di balik kesuksesan McLaren, terdapat performa luar biasa dari beberapa pebalap lain, salah satunya adalah Lewis Hamilton yang berhasil menembus posisi keempat setelah memulai balapan dari urutan ke-16. Hamilton melewati rekan setimnya, George Russell, pada lap terakhir balapan yang menjadi perpisahannya dengan tim Mercedes.

Posisi akhir balapan di Abu Dhabi menunjukkan kompetisi yang sangat ketat. Berikut adalah hasil lengkap balapan GP Abu Dhabi 2024:

  1. Lando Norris (McLaren F1 Team) – 58 Lap
  2. Carlos Sainz (Scuderia Ferrari) – +5.832 detik
  3. Charles Leclerc (Scuderia Ferrari) – +31.928 detik
  4. Lewis Hamilton (Mercedes AMG Petronas F1 Team) – +36.483 detik
  5. George Russell (Mercedes AMG Petronas F1 Team) – +37.538 detik
  6. Max Verstappen (Oracle Red Bull Racing) – +49.847 detik
  7. Pierre Gasly (BWT Alpine F1 Team) – +72.560 detik
  8. Nico Hulkenberg (MoneyGram Haas F1 Team) – +75.554 detik
  9. Fernando Alonso (Aston Martin Aramco F1 Team) – +82.737 detik
  10. Oscar Piastri (McLaren F1 Team) – +83.821 detik
  11. Alex Albon (Williams Racing) – 1 Lap
  12. Yuki Tsunoda (Visa Cash App RB F1 Team) – 1 Lap
  13. Zhou Guanyu (Stake F1 Team Kick Sauber) – 1 Lap
  14. Lance Stroll (Aston Martin Aramco F1 Team) – 1 Lap
  15. Jack Doohan (BWT Alpine F1 Team) – 1 Lap
  16. Kevin Magnussen (MoneyGram Haas F1 Team) – 1 Lap
  17. Liam Lawson (Visa Cash App RB F1 Team) – DNF
  18. Valtteri Bottas (Stake F1 Team Kick Sauber) – DNF
  19. Franco Colapinto (Williams Racing) – DNF
  20. Sergio Perez (Oracle Red Bull Racing) – DNF

Dengan hasil ini, McLaren menorehkan sejarah baru dalam dunia Formula 1, membuktikan bahwa mereka mampu bersaing dan meraih gelar juara konstruktor. Meski berada dalam kondisi yang tidak ideal dengan Piastri yang terpaksa keluar dari balapan, keberhasilan Norris dan tim McLaren menjadi bukti kekuatan dan kesiapan mereka untuk bersaing di level tertinggi.

Yamaha Belum Memutuskan Penggunaan Mesin V4 untuk MotoGP 850cc

Jakarta – Yamaha telah mengungkapkan bahwa mereka masih belum memutuskan untuk beralih menggunakan mesin konfigurasi V4 pada era MotoGP 850cc yang akan dimulai pada musim 2027. Meskipun banyak pabrikan lain mulai mengadaptasi mesin V4 guna memenuhi regulasi baru, Yamaha menyatakan bahwa mereka masih dalam tahap evaluasi untuk menentukan pilihan terbaik dalam pengembangan mesin mereka di kompetisi MotoGP.

Pada 2027, regulasi MotoGP akan mengalami perubahan besar dengan pembatasan kapasitas mesin menjadi 850cc, yang diprediksi akan mempengaruhi pilihan konfigurasi mesin yang digunakan oleh para tim. Pabrikan seperti Ducati, Honda, dan Aprilia diperkirakan akan beralih ke mesin V4 untuk menyesuaikan dengan regulasi tersebut, yang diharapkan lebih optimal dalam hal performa dan ketahanan. Namun, Yamaha lebih berhati-hati dalam membuat keputusan ini.

Saat ini, Yamaha masih mempertimbangkan untuk terus menggunakan mesin inline-4, yang telah menjadi andalan mereka di MotoGP dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Lin Jarvis, manajer tim Yamaha MotoGP, keputusan ini belum final, dan tim masih melakukan berbagai uji coba serta simulasi untuk mengetahui apakah mesin inline-4 dapat tetap bersaing dengan mesin V4 di masa depan. “Kami ingin memastikan bahwa mesin yang kami pilih tetap kompetitif dan memenuhi persyaratan regulasi baru,” ujar Jarvis.

Mesin inline-4 yang digunakan Yamaha telah terbukti memiliki karakteristik performa yang kuat, terutama dalam hal handling dan kecepatan saat melintasi tikungan. Namun, tantangan utama bagi Yamaha adalah bagaimana mengadaptasi mesin ini dengan regulasi baru yang mengharuskan pembatasan kapasitas mesin menjadi 850cc, tanpa mengorbankan performa. Yamaha harus memastikan mesin mereka tetap dapat bersaing di level tertinggi, baik dalam hal kecepatan lurus maupun stabilitas di tikungan.

Lin Jarvis menegaskan bahwa Yamaha tidak akan terburu-buru dalam mengambil keputusan terkait mesin untuk regulasi 850cc pada MotoGP. “Kami berkomitmen untuk terus melakukan riset dan pengembangan demi menemukan solusi terbaik, yang tidak hanya memenuhi regulasi, tetapi juga memberikan keuntungan kompetitif bagi kami,” tambahnya. Ke depan, Yamaha berencana untuk terus memantau perkembangan teknologi dan tren terbaru, sambil mengevaluasi mesin mana yang paling menguntungkan untuk jangka panjang.

Dengan perubahan regulasi yang akan diterapkan dalam beberapa tahun ke depan, persaingan antara pabrikan-pabrikan di MotoGP akan semakin ketat, dan keputusan Yamaha tentang pemilihan mesin V4 atau inline-4 akan menjadi salah satu momen yang paling dinantikan dalam dunia balap motor.

Usai Penantian Selama 22 Tahun MotoGP Akhirnya Kembali Ke Sirkuit Brasil Pada 2026

Jakarta — Setelah penantian panjang selama 22 tahun, MotoGP akhirnya mengumumkan kembalinya ajang balap motor dunia ke Brasil pada tahun 2026. Keputusan ini disambut dengan antusiasme besar oleh para penggemar motorsport di Brasil yang telah menunggu lama untuk menyaksikan balapan MotoGP di negara mereka.

Pada 12 Desember 2024, CEO Dorna Sports, perusahaan yang menaungi MotoGP, mengkonfirmasi bahwa Brasil akan menjadi tuan rumah salah satu seri balapan MotoGP mulai tahun 2026. Keputusan ini menjadi momen bersejarah setelah Brasil terakhir kali menjadi tuan rumah MotoGP pada tahun 2004 di Sirkuit Rio de Janeiro. Kembalinya MotoGP ke Brasil akan menandai era baru bagi olahraga balap motor di negara dengan penggemar yang sangat besar.

Balapan MotoGP di Brasil pada 2026 akan digelar di Sirkuit Internasional baru yang sedang dalam tahap pembangunan di kota Sao Paulo. Sirkuit ini dirancang untuk memenuhi standar internasional dan diharapkan dapat menantang para pembalap dengan tikungan-tikungan teknikal serta trek yang lebih modern. Pembangunan sirkuit ini diprediksi akan selesai tepat waktu, memastikan MotoGP dapat kembali ke Brasil dengan fasilitas terbaik.

Brasil dikenal sebagai negara dengan banyak penggemar setia MotoGP, dan antusiasme masyarakat terhadap kembalinya balapan ke tanah air mereka sangat tinggi. Pemerintah Brasil dan pihak terkait berharap ajang MotoGP ini dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal, terutama dalam hal pariwisata dan pengembangan infrastruktur. Selain itu, kembalinya MotoGP diharapkan dapat menginspirasi generasi muda Brasil untuk lebih tertarik pada olahraga balap motor.

Pemerintah Brasil bersama pihak penyelenggara MotoGP bekerja keras untuk memastikan kelancaran dan suksesnya ajang balapan ini. Selain infrastruktur sirkuit, penyediaan akomodasi, transportasi, dan keamanan juga menjadi perhatian utama. Para penggemar MotoGP di Brasil kini berharap ajang balapan ini akan berlangsung lancar dan sukses, serta memberikan dampak positif yang besar bagi olahraga motorsport di negara mereka.

Kembalinya MotoGP ke Brasil pada 2026 setelah 22 tahun lamanya adalah kabar gembira bagi penggemar motorsport di negara tersebut. Dengan adanya sirkuit baru yang modern dan dukungan besar dari masyarakat, MotoGP di Brasil diharapkan akan menjadi ajang yang sukses dan bersejarah, serta membawa dampak positif bagi perkembangan olahraga balap motor di Amerika Selatan.

Tim Yamaha Belum Tentu Gunakan Mesin V4 Di Era MotoGP 850cc

Jakarta – Yamaha memberikan pernyataan tegas bahwa mereka belum tentu akan menggunakan mesin konfigurasi V4 di era MotoGP 850cc yang akan dimulai pada musim 2027. Meskipun banyak tim dan pabrikan lainnya mulai beralih ke mesin V4 untuk memenuhi regulasi baru, Yamaha menyatakan bahwa mereka masih melakukan evaluasi untuk menentukan arah terbaik bagi pengembangan mesin mereka di ajang balap paling bergengsi ini.

Pada 2027, regulasi MotoGP akan mengalami perubahan signifikan dengan pembatasan kapasitas mesin menjadi 850cc, yang berpotensi mempengaruhi konfigurasi mesin yang digunakan oleh tim-tim peserta. Banyak pabrikan, seperti Ducati, Honda, dan Aprilia, diperkirakan akan beralih menggunakan mesin V4 untuk menyesuaikan diri dengan regulasi tersebut, yang diprediksi lebih optimal dalam hal performa dan daya tahan. Namun, Yamaha tampaknya lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan.

Berbeda dengan pabrikan lainnya, Yamaha saat ini masih mempertimbangkan untuk tetap menggunakan mesin inline-4, yang telah mereka andalkan di MotoGP selama bertahun-tahun. Menurut manajer tim Yamaha MotoGP, Lin Jarvis, keputusan ini belum final dan pihaknya masih terus melakukan uji coba serta simulasi untuk mengetahui apakah mesin inline-4 masih bisa bersaing dengan mesin V4 di masa depan. “Kami ingin memastikan bahwa mesin yang kami gunakan tetap kompetitif dan sesuai dengan regulasi baru,” ujarnya.

Mesin inline-4 yang digunakan oleh Yamaha sudah terbukti memiliki karakteristik performa yang kuat, terutama dalam hal handling dan kecepatan di tikungan. Meskipun demikian, tantangan utama bagi Yamaha adalah bagaimana menyesuaikan mesin ini dengan regulasi baru yang mengharuskan pabrikan untuk mengurangi kapasitas mesin menjadi 850cc tanpa mengorbankan performa. Yamaha perlu memastikan bahwa mereka tetap memiliki daya saing di level tertinggi, baik dalam hal kecepatan lurus maupun stabilitas di tikungan.

Lin Jarvis menekankan bahwa Yamaha tidak akan terburu-buru dalam membuat keputusan terkait mesin 850cc untuk MotoGP. “Kami ingin terus melakukan riset dan pengembangan untuk menemukan solusi terbaik yang tidak hanya memenuhi regulasi, tetapi juga memberikan kami keunggulan dalam kompetisi,” tambah Jarvis. Ke depannya, Yamaha berencana untuk terus memantau perkembangan teknologi dan tren yang ada, sambil melakukan evaluasi menyeluruh mengenai mesin mana yang lebih menguntungkan dalam jangka panjang.

Dengan regulasi baru yang akan diterapkan dalam beberapa tahun ke depan, persaingan antara pabrikan-pabrikan di MotoGP dipastikan akan semakin menarik, dan keputusan Yamaha mengenai mesin V4 atau inline-4 akan menjadi salah satu aspek yang paling dinanti dalam perjalanan balap mereka.

Usai Tes, Tsunoda Klaim Red Bull RB20 Mobil yang Berbeda

Pembalap Jepang, Yuki Tsunoda, akhirnya mendapatkan kesempatan untuk mengendarai mobil Red Bull dalam uji coba pasca musim di Abu Dhabi. Pengalaman ini memberikannya sensasi yang berbeda dari mobil yang biasa ia kendarai.

Meskipun waktu putaran tidak terlalu relevan karena setiap pembalap menjalani program yang berbeda, Tsunoda mengungkapkan kebahagiaannya saat mengendarai RB20, mobil yang berada di urutan ketiga dalam klasemen konstruktor 2024.

“Secara fisik, Anda bisa merasakan mengapa RB20 berjuang untuk meraih gelar juara tahun ini. Rasanya seperti mobil yang sangat berbeda untuk dikendarai,” kata Tsunoda. “Hari ini kami menjalani sesi yang sangat produktif, dan saya sangat senang dengan itu. Masih banyak yang harus saya pelajari, tetapi tim telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam mempersiapkan uji coba ini. Suasana di garasi sangat menyenangkan.”

Tsunoda berharap mobil ini cocok dengan gaya mengemudinya setelah mencobanya di simulator, dan harapan itu terbukti benar. “Saya merasa mobil ini cocok dengan gaya mengemudi saya dan saya tidak kesulitan untuk beradaptasi,” tambahnya. “Bahkan dalam jangka panjang, saya mampu berlari secara konsisten dan merasakan keterbatasan mobil, yang jika Anda tidak percaya diri dengan mobil, Anda tidak bisa melakukan pengujian dengan baik.”

Tsunoda sangat senang dengan hasil uji cobanya, dan memastikan bahwa tim mendapatkan informasi yang mereka butuhkan dari setiap putaran adalah hal paling penting baginya hari itu. Dia berharap umpan balik positif dari tes ini dapat meyakinkan bos Red Bull untuk mempromosikannya ke skuad utama tahun depan jika mereka memutuskan untuk menggantikan Sergio Perez.

Tim ini sebelumnya enggan melakukan hal tersebut karena khawatir dengan temperamen dan kemampuan teknis Tsunoda. Namun, kepala kinerja Ben Waterhouse terkesan dengan bagaimana pembalap berusia 24 tahun itu beroperasi.

“Kami memiliki Yuki di mobil kami untuk pertama kalinya dan Isack (Hadjar) kembali mengemudikan RB20 setelah ia turun di FP1 pada akhir pekan lalu,” jelas Waterhouse. “Kami berhasil menyelesaikan item tes prioritas pada kedua mobil dengan kedua pembalap tampil pada level sangat tinggi dan memberikan apa yang kami harapkan dari mereka.”

“Yuki memberikan umpan balik yang sangat baik tentang berbagai tes yang dilakukan pada ban Pirelli 2025, memberikan wawasan berharga tentang perubahan ban yang akan diperkenalkan tahun depan. Sementara itu, Isack melakukan pekerjaan yang baik dan berhasil menyelesaikan semua tes aero prosedural di pagi hari sebelum melakukan evaluasi jangka panjang dan pendek di sore hari.”

Pengalaman ini tidak hanya memperkuat keyakinan Tsunoda dalam kemampuannya tetapi juga memberikan kesempatan bagi Red Bull untuk mempertimbangkan masa depannya dalam tim utama. Dengan performa yang mengesankan, Tsunoda telah menunjukkan bahwa ia siap menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan.

Inilah Daftar Pembalap Indonesia yang Siap Tampil di Idemitsu Asia Talent Cup 2025

Indonesia kembali menunjukkan taji di dunia balap internasional dengan mengirimkan empat pembalap muda berbakat untuk bersaing di Idemitsu Asia Talent Cup (IATC) 2025. Pengumuman ini resmi dikeluarkan oleh Dorna Sports dan FIM pada Selasa, 10 Desember 2024. Kompetisi balap bergengsi ini akan berlangsung dalam enam seri dengan total 12 balapan yang menjanjikan persaingan ketat antara para pembalap dari seluruh Asia dan Oseania.

IATC merupakan ajang balap yang menjadi bagian dari program ‘Road to MotoGP’, dirancang untuk menemukan talenta-talenta muda yang memiliki potensi besar di dunia balap motor. Diluncurkan pertama kali pada 2014, kompetisi ini kini semakin berkembang dan menjadi batu loncatan bagi pembalap muda menuju ajang balap bergengsi lainnya seperti MotoGP dan WorldSBK.

Pada edisi 2025, Indonesia diwakili oleh empat pembalap muda, yaitu Alvaro Hetta Mahendra, Davino Britani, Badly Ayatullah, dan Nelson Cairoli. Davino Britani, meski baru pertama kali mengikuti IATC, sebelumnya sempat mendapatkan kesempatan wild card pada ajang IATC Mandalika 2024. Dengan semangat juang yang tinggi, keempat pembalap Indonesia ini siap memberikan yang terbaik di kompetisi yang akan berlangsung mulai Februari 2025.

Selain Indonesia, sejumlah negara di Asia dan Oseania turut mengirimkan perwakilannya. Para pembalap muda dari Jepang, Thailand, Malaysia, Korea Selatan, China, India, Australia, Vietnam, dan Filipina akan turut meramaikan persaingan. Total ada 20 pembalap yang akan berlaga, dengan 7 di antaranya sudah memiliki pengalaman sebelumnya di IATC, sementara 13 lainnya adalah rookie yang berhasil lolos seleksi ketat.

Para pembalap akan memulai musim 2025 dengan tes pramusim yang akan digelar di Buriram, Thailand, pada 21-22 Februari 2025. Setelah itu, mereka akan bertarung dalam seri pertama yang digelar di Buriram pada 28 Februari hingga 2 Maret 2025. Seri-seri berikutnya akan dilaksanakan di berbagai negara, dengan beberapa lokasi ikonik seperti Lusail di Qatar, Sepang di Malaysia, dan Mandalika di Indonesia yang juga akan menjadi tuan rumah pada 3-5 Oktober 2025.

Jadwal balapan IATC 2025:

  1. Tes Pramusim: Buriram, Thailand, 21-22 Februari 2025
  2. Seri 1: Buriram, Thailand, 28 Februari-2 Maret 2025
  3. Seri 2: Lusail, Qatar, 11-13 April 2025
  4. Seri 3: Sepang, Malaysia, Agustus/September 2025
  5. Seri 4: Motegi, Jepang, 26-28 September 2025
  6. Seri 5: Mandalika, Indonesia, 3-5 Oktober 2025
  7. Seri 6: Sepang, Malaysia, 24-26 Oktober 2025

Dengan adanya pembalap-pembalap muda Indonesia yang siap bersaing di kancah internasional ini, diharapkan dapat terus menginspirasi generasi muda Indonesia untuk mengejar mimpi di dunia balap motor. Jangan lupa untuk memberikan dukungan penuh kepada para rider Tanah Air yang akan tampil dalam ajang IATC 2025.

Perez Akui Masa Depannya di Red Bull Akan Ditentukan dalam Beberapa Hari

Setelah Grand Prix Abu Dhabi, Red Bull akan mengadakan pertemuan penting untuk memutuskan apakah mereka akan mempertahankan Sergio Perez atau mengakhiri kontraknya. Meskipun musim ini kurang sukses, pembalap asal Meksiko tersebut tetap yakin akan bertahan di Red Bull tahun depan.

Christian Horner, Prinsipal Red Bull, menolak mengonfirmasi posisi Perez untuk musim 2025, meskipun kontrak baru telah disepakati awal musim ini. Di tengah ketidakpastian, nama Liam Lawson dan Yuki Tsunoda muncul sebagai kandidat pengganti Perez, dengan laporan menunjukkan Lawson berpotensi dipromosikan ke tim utama.

Setelah tersingkir lebih awal di GP Abu Dhabi akibat insiden dengan Valtteri Bottas, Perez mengakui masa depannya masih belum jelas. “Saat ini, saya tidak tahu. Saya tahu bahwa saya memiliki kontrak untuk membalap tahun depan. Kecuali ada sesuatu yang berubah dalam beberapa hari ke depan, maka itu akan menjadi situasi untuk tahun depan,” katanya.

Perez menyatakan bahwa ia telah menandatangani kontrak untuk membalap bersama tim selama tiga tahun ke depan. Namun, ia juga menyadari pentingnya pembicaraan mendatang untuk menentukan masa depannya. “Kami akan berbicara dalam beberapa hari ke depan. Kami akan mendiskusikan bagaimana situasi kedua belah pihak dan melihat apakah kami dapat mencapai kesepakatan,” tambahnya.

Perez mengungkapkan masalah teknis yang dialaminya sebelum insiden dengan Bottas di lap pertama. “Mesin sudah bermasalah sebelum terjadi tabrakan. Setiap kali saya mengubah kopling, koplingnya selip. Kemudian terjadi kontak, saya tidak tahu siapa yang menabrak saya dari belakang. Ketika saya memulihkan mobil, koplingnya macet,” jelasnya.

Perez juga mengakui bahwa ia gagal mendapatkan performa terbaik dari Red Bull tahun ini, sementara rekan setimnya, Max Verstappen, meraih gelar juara dunia pembalap untuk keempat kalinya berturut-turut. “Tahun ini sangat rumit, saya memiliki mobil yang hampir tidak bisa mencapai 100 persen secara konsisten. Ini menjadi rangkuman yang bagus dari apa yang terjadi musim ini,” tutupnya.

Dengan masa depan Perez yang masih dalam tanda tanya, Red Bull dihadapkan pada keputusan penting mengenai susunan pembalap mereka untuk musim mendatang. Keputusan ini akan menentukan apakah Perez tetap bersama tim atau digantikan oleh pembalap lain, seperti Lawson atau Tsunoda, yang telah menunjukkan potensi besar.

Bernie Ecclestone Jual Koleksi Mobil F1: Refleksi Tentang Kematian

Bernie Ecclestone, mantan ‘ringmaster’ Formula 1, memutuskan untuk melikuidasi koleksi mobil balap F1 dan grand prix bersejarahnya, termasuk yang langka. Keputusan ini muncul sebagai refleksi terhadap usia dan masa depan koleksi tersebut.

Ecclestone, yang kini berusia 94 tahun, telah mengumpulkan koleksinya sejak era 1950-an. Koleksi ini, yang selama ini hanya diketahui oleh dirinya dan beberapa orang terpercaya, kini akan dijual melalui spesialis otomotif Inggris, Tom Hartley Jr. Penjualan akan dilakukan secara pribadi, sehingga nilai transaksi tidak akan dipublikasikan.

Pada tahun lalu, Ecclestone menyetujui penyelesaian dengan otoritas pajak Inggris untuk menghindari hukuman penjara 17 bulan atas tuduhan penipuan, dengan membayar denda sebesar 652 juta poundsterling (sekitar Rp13,1 triliun) dan biaya penuntutan sebesar 74.000 poundsterling.

Koleksi mobil Ecclestone yang akan dijual mencakup 69 mobil balap, termasuk beberapa yang memiliki nilai historis tinggi, replika menarik seperti Auto Union pra-perang dan Lancia D50, serta mobil unik seperti ‘fan car’ Brabham BT46 yang digunakan Niki Lauda untuk memenangkan Grand Prix Swedia 1978.

Ecclestone memiliki tim Brabham antara tahun 1971 dan 1988, dan banyak mobil dalam koleksinya berasal dari periode ini. Namun, koleksinya juga mencakup sasis lain dengan sejarah kemenangan signifikan.

“Saya telah mengoleksi mobil-mobil ini selama lebih dari 50 tahun dan hanya membeli yang terbaik dari setiap kategori,” kata Ecclestone. “Saya mencintai semua mobil saya, tetapi sudah waktunya bagi saya untuk memikirkan masa depan mereka jika saya tidak lagi ada, itulah sebabnya saya memutuskan untuk menjualnya.”

Koleksi Ecclestone termasuk Vanwall VW10 yang dikendarai oleh Stirling Moss pada tahun pertama kejuaraan konstruktor. Namun, yang paling menonjol adalah koleksi mobil balap Ferrari, termasuk Ferrari 375 yang memenangkan Grand Prix Italia 1951 milik Alberto Ascari dan Ferrari Dino pemenang kejuaraan 1958 milik Mike Hawthorn. Mobil yang pernah dikemudikan oleh Michael Schumacher, Ferrari F2002, juga termasuk dalam koleksi ini.

Keputusan Ecclestone untuk menjual koleksi mobilnya menunjukkan betapa berharganya mobil-mobil ini dan seberapa penting bagi seorang kolektor untuk memastikan bahwa barang berharga mereka akan dirawat dengan baik di masa depan. Ini juga merupakan kesempatan langka bagi para kolektor dan penggemar mobil balap untuk memiliki bagian dari sejarah balap yang luar biasa.

Ecclestone memiliki koleksi mobil Ferrari yang terkenal, termasuk mobil 375 pemenang Grand Prix Italia 1951 milik Alberto Ascari, Dino pemenang kejuaraan pada 1958 milik Mike Hawthorn, dan F2002 yang dikemudikan Michael Schumacher. Ada juga Ferrari dengan warna British Racing Green – Thinwall Special, dan 312B3 yang memiliki nilai sejarah yang menarik.

Ini bukan pertama kalinya Ecclestone berpisah dengan beberapa koleksinya. Pada tahun 2007, ia menawarkan 50 mobil untuk dijual melalui lelang oleh RM Sotheby’s, termasuk roadster Mercedes SSK 1928 dan cabriolet Lancia Astura 1939 yang konon dimiliki oleh Benito Mussolini.

Kisah Marc Marquez Sempat Menduga Bakal Selamanya Berkarier di Tim Repsol Honda

Kisah perjalanan Marc Marquez dalam dunia MotoGP penuh dengan kejutan, dan keputusan terbaru yang ia buat untuk meninggalkan Tim Repsol Honda menuju Ducati pada MotoGP 2024 menarik untuk dibahas lebih lanjut. Sebelumnya, Marquez sendiri tak pernah membayangkan akan berpisah dengan Honda, tim yang telah membawanya meraih kesuksesan besar di kancah balap internasional.

Sejak pertama kali masuk ke MotoGP pada 2013, Marquez langsung menunjukkan dominasinya. Dengan motor Honda RC213V, ia meraih enam gelar juara dunia dalam tujuh tahun pertama, menjadikannya salah satu pembalap paling sukses dalam sejarah MotoGP. Namun, nasib berbalik ketika Marquez mengalami cedera parah pada awal musim 2020, yang membuatnya harus absen hampir sepanjang tahun.

Cedera tersebut terbukti menjadi titik balik dalam kariernya. Meskipun Marquez kembali pulih secara fisik pada 2023, performa motor Honda yang menurun justru membuatnya kesulitan untuk bersaing di level tertinggi. Sementara itu, tim-tim lain seperti Ducati terus berkembang pesat, membuat Marquez merasa semakin terpinggirkan.

Keputusan Marquez untuk berpisah dengan Honda akhirnya terwujud pada 2024, ketika ia memutuskan untuk bergabung dengan tim satelit Ducati, Gresini Racing. Keputusan ini terbukti tepat, karena meskipun baru bergabung dengan Ducati, Marquez berhasil menunjukkan kemampuannya dan kembali bersaing ketat untuk gelar juara dunia.

“Saya sempat berpikir saya akan mengakhiri karier di Honda, tetapi ternyata hidup membawa saya ke jalan lain. Kini, saya punya kesempatan untuk bergabung dengan dua tim dalam dua tahun berturut-turut – Honda pada 2023 dan Gresini Racing pada 2024,” kata Marquez dalam wawancaranya, dikutip dari Marca pada 3 Desember 2024.

“Saya selalu mempertanyakan apakah saya masih bisa bersaing, dan kini saya telah membuktikannya. Saya masih kompetitif, dan saya berhasil mewujudkan apa yang saya inginkan,” tambah Marquez dengan penuh keyakinan.

Kini, setelah menjalani musim 2024 dengan tim Ducati, Marquez telah dipanggil ke tim pabrikan Ducati untuk musim 2025, bergabung dengan Francesco Bagnaia di Ducati Lenovo. Bersama tim ini, Marquez siap untuk kembali bersaing di puncak MotoGP dan memperebutkan gelar juara dunia, yang sudah lama ia impikan.

Dengan perubahan yang dramatis dalam kariernya, perjalanan Marquez menunjukkan bahwa dunia MotoGP selalu penuh dengan kejutan, dan bahwa peluang baru bisa muncul di mana saja, bahkan setelah masa-masa sulit.

Davide Tardozzi Yakin Ducati Jadi Tim Sulit Dikalahkan Musim Depan

Davide Tardozzi, Manajer Tim Ducati di ajang MotoGP, mengungkapkan keyakinannya bahwa timnya akan menjadi salah satu yang paling dominan dan sulit dikalahkan pada musim 2025. Tardozzi percaya bahwa persiapan dan pengembangan yang dilakukan selama musim 2024 akan membawa Ducati ke level yang lebih tinggi, dengan harapan untuk melanjutkan dominasinya di kejuaraan dunia MotoGP. Hal ini juga didukung oleh keberhasilan tim di musim 2024 yang berhasil meraih hasil positif di berbagai seri.

Menurut Tardozzi, Ducati telah melakukan banyak perbaikan pada motor mereka, terutama dalam hal kecepatan dan kestabilan di tikungan. Tim pabrikan asal Italia ini telah bekerja keras untuk meningkatkan performa Desmosedici, dengan fokus pada beberapa aspek teknis seperti aerodinamika dan manuvering. Tardozzi menyatakan bahwa mereka telah mengidentifikasi dan mengatasi kelemahan yang ada, membuat Ducati semakin siap menghadapi persaingan sengit di musim depan.

Selain pengembangan motor, Tardozzi juga menyoroti pentingnya komposisi pembalap dalam tim Ducati. Dengan pembalap-pembalap berpengalaman seperti Francesco Bagnaia dan Enea Bastianini yang semakin matang, Ducati memiliki kombinasi sempurna antara pengalaman dan bakat muda. Tardozzi yakin bahwa sinergi antara pembalap dan tim akan menjadi faktor kunci dalam membawa Ducati ke puncak podium lebih sering di musim 2025.

Dengan persiapan matang dan tim yang solid, Ducati tidak hanya berharap untuk tampil kompetitif, tetapi juga meraih lebih banyak gelar juara dunia di MotoGP 2025. Tardozzi mengingatkan bahwa meskipun mereka sudah berada di jalur yang benar, persaingan dengan tim-tim besar lainnya, seperti Yamaha, Honda, dan KTM, tetap akan sengit. Namun, dengan seluruh kekuatan yang dimiliki Ducati saat ini, Tardozzi yakin bahwa tim mereka akan menjadi tim yang sangat sulit untuk dikalahkan.