Tag Archives: Badminton

China Kunci Dua Gelar di Swiss Open 2025, Berpeluang Tambah Trofi

China telah memastikan meraih dua gelar juara di ajang Swiss Open 2025. Prestasi ini diperoleh dari kategori ganda putri dan ganda campuran.

Turnamen Swiss Open 2025 mencapai babak final pada Minggu (23/3). Kompetisi berlevel 300 ini menampilkan dominasi China dengan banyaknya wakil mereka yang berhasil melaju ke partai puncak.

Sebanyak enam wakil dari China tampil di laga final. Di sektor ganda putri, Liu Sheng Shu/Tan Ning akan berhadapan dengan rekan senegaranya, Hia Yi Fan/Zhang Shu Xian. Sementara di ganda campuran, Feng Yan Zhe/Wei Ya Xin akan bertemu dengan Zhu Yi Jun/Zhang Chi.

Dengan pertemuan antara sesama wakil China di dua sektor tersebut, tim Negeri Tirai Bambu dipastikan membawa pulang dua gelar juara. Namun, siapa yang akan menjadi kampiun baru akan diketahui setelah pertandingan yang berlangsung sore ini di St. Jakobshalle.

Selain itu, China juga masih berpeluang menambah gelar dari sektor tunggal. Weng Hong Yang akan bertanding di nomor tunggal putra menghadapi Christo Popov dari Prancis, sementara Chen Yu Fei akan berlaga di tunggal putri melawan Line Hojmark Kjaerfeldt dari Denmark. Saat ini, Chen memiliki rekor kemenangan 4-1 atas Kjaerfeldt.

Satu-satunya sektor yang tidak diwakili oleh China di final adalah ganda putra. Gelar di nomor ini akan diperebutkan oleh pasangan Indonesia, Muhammad Shohibul Fikri/Daniel Marthin, yang akan menghadapi pasangan Thailand, Kittinupong Kedren/Dechapol Puavaranukroh.

Jika Fikri/Daniel berhasil keluar sebagai juara, maka mereka akan mengulang pencapaian wakil Indonesia sebelumnya di Swiss Open 2022, di mana Fajar Alfian/Muhammad Rian menjadi juara. Pasalnya, pada dua edisi terakhir, 2023 dan 2024, tidak ada ganda putra Indonesia yang meraih gelar juara.

Bagi China, pencapaian tahun ini menjadi peningkatan setelah di edisi sebelumnya tidak ada satu pun wakil mereka yang berhasil mencapai final, apalagi menjadi juara.

Lima Wakil Indonesia Siap Berjuang di Babak Kedua Swiss Open 2025

Sebanyak lima wakil Indonesia dipastikan melanjutkan perjuangan mereka di babak kedua turnamen BWF World Tour Super 300 Swiss Open 2025 yang digelar di St. Jakobshalle, Basel. Dari sektor ganda putra, tiga pasangan Indonesia berhasil melaju, yakni Sabar Karyaman Gutama/Muhammad Reza Pahlevi Isfahani, Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana, serta Muhammad Shohibul Fikri/Daniel Marthin. Sabar/Reza akan menghadapi pasangan asal Inggris, Callum Hemming/Ethan van Leeuwen. Bermodal kemenangan di pertemuan sebelumnya pada Orleans Masters 2025 dengan skor 21-16, 21-8, mereka diunggulkan untuk kembali meraih hasil positif.

Leo/Bagas juga berpotensi melaju ke babak berikutnya setelah dominan dalam dua laga terakhir melawan ganda putra Taiwan, Fang-Chih Lee/Fang-Jen Lee. Mereka menang di Japan Open 2024 serta All England 2025 dengan skor meyakinkan. Sementara itu, Fikri/Daniel akan menghadapi tantangan baru dengan bertemu wakil Denmark, Andreas Sondergaard/Jesper Toft, dalam pertemuan perdana mereka.

Di sektor ganda putri, Febriana Dwipuji Kusuma/Amallia Cahaya Pratiwi menjadi satu-satunya wakil Indonesia. Mereka akan berhadapan dengan pasangan Taiwan, Hsu Yin-Hui/Lin Jhih Yun, yang sebelumnya mereka kalahkan di Thailand Masters 2024 dengan skor 21-14, 24-22. Sementara di tunggal putri, Putri Kusuma Wardani akan menantang Anupama Upadhyaya dari India. Putri punya rekor positif atas lawannya dengan dua kemenangan di Bangladesh International Challenge 2021 dan Australian Open 2024.

Berdasarkan catatan pertemuan sebelumnya, kelima wakil Indonesia memiliki peluang besar untuk melaju lebih jauh. Namun, mereka tetap harus waspada karena dalam dunia bulu tangkis, kejutan bisa terjadi kapan saja.

All England 2025: Saatnya Ganda Putri Indonesia Tampil Gemilang

Pelatih ganda putri Indonesia, Nitya Krishinda Maheswari, berharap para atlet seperti Apriyani Rahayu dan rekannya mampu menunjukkan performa terbaik mereka di ajang All England 2025. Setelah menjalani persiapan maksimal, mereka diharapkan dapat tampil optimal.

“All England merupakan turnamen yang memiliki atmosfer khas dan memberikan peluang yang sama bagi semua peserta untuk meraih hasil terbaik. Saya berharap mereka bisa memanfaatkan momentum ini dengan baik,” ujar Nitya dalam pernyataannya melalui PBSI, Senin (10/3/2025).

Turnamen ini menjadi kompetisi level 1000 kedua dalam tiga bulan pertama tahun ini. Digelar pada 11–16 Maret 2025, Indonesia berstatus juara bertahan di sektor tunggal putra dan ganda putra.

Para pebulutangkis Indonesia ditargetkan tidak hanya mempertahankan gelar di sektor tersebut, tetapi juga bersinar di nomor lainnya, termasuk ganda putri. Indonesia sendiri mengirimkan dua pasangan di sektor ini, yakni Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti serta Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi.

“Saya ingin mereka memberikan permainan terbaik mereka. Kami sebagai tim pelatih tentu memiliki target, namun semuanya kembali pada performa mereka di lapangan,” kata Nitya.

Para pemain telah menjalani sesi latihan pertama di Birmingham, Inggris, lokasi penyelenggaraan All England 2025. Sesi ini lebih difokuskan pada pemulihan kondisi karena Febriana/Amalia baru tiba di Inggris, sementara Apriyani/Fadia baru saja tampil di Orleans Masters 2025.

“Latihan hari ini lebih ditujukan untuk menyesuaikan kondisi sebelum memasuki latihan utama pada Senin,” tambah Nitya, yang pernah mengukir sejarah dengan meraih medali emas Asian Games 2014.

Tim Indonesia dijadwalkan menjalani dua sesi latihan lagi, yakni di lapangan latihan pada sore hari waktu setempat serta mencoba arena pertandingan pada malam harinya.

Sebagai turnamen BWF Super 1000, All England 2025 akan berlangsung di Utilita Arena, Birmingham, dengan total hadiah mencapai 1,45 juta dolar AS.

Rehan/Gloria Melaju ke Final Orleans Masters 2025, Harapan Terakhir Indonesia

Ganda campuran Indonesia, Rehan Naufal Kusharjanto dan Gloria Emanuelle Widjaja, berhasil mengamankan tiket ke final BWF World Tour Super 300 Orleans Masters 2025 setelah menundukkan pasangan Korea Selatan, Lee Jong Min dan Chae Yu Jung, dalam laga semifinal yang berlangsung di Palais des Sports, Orleans, Prancis. Lewat pertarungan sengit tiga gim, Rehan/Gloria menang dengan skor 21-16, 18-21, 21-13.

Setelah mengamankan gim pertama, pasangan Indonesia sempat kesulitan menghadapi kebangkitan lawan pada gim kedua. Namun, pada gim penentu, mereka tampil dominan dan mengakhiri pertandingan dengan kemenangan meyakinkan. Kemenangan ini membawa mereka ke final, di mana mereka akan menghadapi pasangan Denmark, Jesper Toft dan Amalie Magelund, yang sebelumnya menyingkirkan ganda campuran Thailand, Ruttanapak Oupthong dan Jhenicha Sudjaipraparat, dengan skor 21-12, 21-16.

Ini menjadi final kedua bagi Rehan/Gloria musim ini setelah sebelumnya mereka juga mencapai partai puncak German Open 2025. Sayangnya, mereka harus puas sebagai runner-up setelah kalah dari duet Belanda/Denmark, Robin Tabeling dan Alexandra Boje. Kesuksesan ini juga menjadi pencapaian istimewa bagi Gloria, yang pertama kali naik podium di turnamen besar.

Rehan/Gloria menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang tersisa di final setelah ganda putri Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti dan ganda campuran Adnan Maulana/Indah Cahya Sari Jamil harus terhenti di perempat final. Dengan semangat juang tinggi, Rehan dan Gloria siap memberikan yang terbaik demi membawa pulang gelar juara bagi Indonesia.

Siti Fadia, Pebulutangkis Multitalenta: Bermain dengan 4 Pasangan Berbeda

Siti Fadia Silva Ramadhanti menjadi salah satu pebulutangkis Indonesia yang paling aktif di awal tahun 2025. Selain bermain di lebih dari satu nomor, ia juga memiliki empat pasangan berbeda dalam kompetisi yang diikutinya.

Sebagai pemain spesialis ganda putri, nama Fadia mulai melejit setelah berduet dengan Apriyani Rahayu, peraih medali emas Olimpiade 2020. Bersama Apriyani, ia meraih berbagai prestasi dalam turnamen BWF, termasuk menjuarai Malaysia Open 2022, Singapore Open 2022, dan Hong Kong Open 2023. Keberhasilannya ini turut membawa mereka menembus peringkat empat besar dunia.

Perjalanan di Olimpiade Paris 2024 dan Perubahan Pasangan

Diharapkan bersinar di Olimpiade Paris 2024, Fadia dan Apriyani justru harus menerima kenyataan pahit setelah tersingkir di fase grup tanpa meraih satu kemenangan pun. Pasca-Olimpiade, mereka menjalani latihan terpisah, terutama karena Apriyani masih dalam proses pemulihan cedera.

Untuk menjaga performanya, Eng Hian yang saat itu masih menjabat sebagai pelatih ganda putri memutuskan memasangkan Fadia dengan Lanny Tria Mayasari. Pasangan baru ini langsung mencetak prestasi dengan menjuarai turnamen International Challenge dan menjadi runner-up di Indonesia Masters II Surabaya. Namun, di turnamen level BWF seperti Japan Masters dan China Masters, mereka harus terhenti di babak awal.

Bermain di Dua Nomor Berbeda

Memasuki musim 2025, dengan adanya perubahan dalam kepengurusan dan sistem pelatihan PBSI, Fadia kembali mendapatkan tantangan baru. Selain tetap bermain di ganda putri bersama Lanny, ia juga dipasangkan dengan Dejan Ferdinansyah di sektor ganda campuran. Dejan sendiri mendapat kesempatan bergabung di Pelatnas setelah menunjukkan performa apik dalam satu tahun terakhir.

Menariknya, ketika bermain di Thailand Masters 2025, Fadia mampu menunjukkan performa luar biasa. Ia berhasil merebut gelar juara di ganda putri bersama Lanny dan menjadi runner-up di ganda campuran dengan Dejan.

Kesibukan Fadia di Kejuaraan Beregu Asia 2025

Tak hanya bermain di dua sektor, Fadia juga menunjukkan fleksibilitasnya saat membela tim Indonesia di Kejuaraan Bulutangkis Asia Beregu Campuran 2025 yang berlangsung di Qingdao, China. Ia menjadi satu-satunya pemain yang didaftarkan untuk bermain rangkap dalam fase gugur, meskipun pada akhirnya tidak selalu turun dua kali dalam satu pertandingan karena tim Indonesia kerap menang sebelum mencapai lima partai.

Pada partai final melawan China, situasi tak terduga terjadi. Rekan duetnya di ganda campuran, Dejan Ferdinansyah, mengalami cedera lutut sehingga tidak bisa bertanding. Sebagai pengganti, Fadia pun harus berpasangan dengan Rinov Rivaldy di partai pembuka.

Pelatih sempat menanyakan kesiapannya sebelum turun ke lapangan, namun Fadia mengaku selalu siap bermain rangkap. “Saya selalu siap, apa pun yang diminta pelatih. Kalau ada waktu luang, saya biasanya istirahat sebentar dan mendukung rekan-rekan yang sedang bertanding,” ujarnya saat ditemui di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.

Dalam menghadapi tantangan bermain dengan pasangan yang berbeda-beda, Fadia berusaha menjaga fokus dan memberikan yang terbaik di setiap pertandingan. “Saya selalu mencoba beradaptasi dengan siapa pun yang menjadi pasangan saya. Yang terpenting adalah bermain maksimal dan memberikan kontribusi terbaik untuk tim,” tambahnya.

Kembali Berduet dengan Apriyani

Setelah Kejuaraan Bulutangkis Asia Beregu Campuran 2025, Fadia dijadwalkan kembali berpasangan dengan Apriyani Rahayu di Orleans Masters dan All England 2025. Sementara itu, di sektor ganda campuran, ia juga akan berpartisipasi bersama Dejan di Swiss Open.

Fadia merasa optimis dengan kembalinya duetnya dengan Apriyani. “Meskipun sudah cukup lama tidak berpasangan dalam pertandingan resmi, kami tetap berlatih bersama setiap hari. Chemistry kami masih terjaga dengan baik,” pungkasnya.

Fikri/Daniel Menjadi Runner-Up di Thailand Masters 2025, Siap Raih Gelar di Turnamen Selanjutnya

Ganda putra Indonesia, Muhammad Shohibul Fikri/Daniel Marthin, harus puas berada di posisi kedua setelah kalah dari pasangan Korea Selatan, Jin Yong/Seo Seung-jae, di final Thailand Masters 2025. Pada pertandingan yang digelar di Nimibutr Stadium, Bangkok, Minggu, Fikri/Daniel harus mengakui keunggulan lawan dalam dua gim langsung dengan skor 18-21, 17-21.

Meski gagal meraih gelar juara, Fikri tetap merasa bersyukur dengan hasil yang dicapai dan menganggapnya sebagai pengalaman berharga untuk turnamen selanjutnya.

“Alhamdulillah, kami tetap bersyukur bisa menuntaskan turnamen ini dengan hasil yang cukup baik,” kata Fikri setelah pertandingan.

Fikri juga mengakui bahwa lawan mereka tampil lebih baik dibandingkan pada pertemuan sebelumnya. Ia menilai Jin Yong/Seo Seung-jae lebih solid dalam permainan mereka dan mampu mempertahankan serangan dengan lebih rapi dan konsisten, sementara mereka masih kalah dalam pertarungan pukulan satu-dua.

Selain itu, Fikri mengungkapkan bahwa meski keinginan untuk meraih gelar sudah ada sejak lama, hal tersebut tidak menjadi beban saat bertanding. Ia menegaskan bahwa fokus, ketenangan, dan strategi permainan mereka perlu banyak diperbaiki.

“Ini adalah pelajaran berharga bagi kami. Tidak peduli turnamen dengan level apapun, kami harus tetap fokus untuk bisa meraih gelar di setiap ajang yang kami ikuti,” tambahnya.

Senada dengan Fikri, Daniel Marthin juga bertekad untuk mempersiapkan diri lebih baik agar dapat meraih gelar untuk Indonesia di turnamen berikutnya.

“Kami tidak akan berhenti sampai di sini. Hasil sebagai runner-up justru menjadi motivasi untuk merebut gelar juara di turnamen selanjutnya,” tegas Daniel.

Fikri/Daniel Gagal Juara di Thailand Masters 2025, Siap Bangkit untuk Turnamen Berikutnya

Ganda putra Indonesia, Muhammad Shohibul Fikri/Daniel Marthin, harus puas finis sebagai runner-up setelah kalah dari pasangan Korea Selatan, Jin Yong/Seo Seung-jae, di partai final Thailand Masters 2025. Dalam pertandingan yang berlangsung di Nimibutr Stadium, Bangkok, Minggu, Fikri/Daniel menyerah dalam dua gim langsung dengan skor 18-21, 17-21.

Meski gagal meraih gelar juara, Fikri tetap mensyukuri hasil yang dicapai dan menjadikannya sebagai pengalaman berharga untuk turnamen selanjutnya.

“Alhamdulillah, kami tetap bersyukur bisa menyelesaikan turnamen ini dengan hasil yang cukup baik,” ujar Fikri usai pertandingan.

Fikri juga mengakui bahwa lawan mereka tampil lebih solid dibandingkan pertemuan sebelumnya. Ia menilai Jin Yong/Seo Seung-jae mampu bermain lebih rapi dan konsisten dalam pola serangan, sementara mereka masih kalah dalam duel pukulan satu-dua.

Selain itu, Fikri mengungkapkan bahwa keinginan untuk meraih gelar sudah lama ada, tetapi hal tersebut tidak menjadi beban saat bertanding. Ia menekankan bahwa fokus, ketenangan, dan pola permainan mereka masih perlu banyak perbaikan.

“Ini menjadi pelajaran bagi kami. Tidak peduli turnamen level rendah, menengah, atau tinggi, kami harus tetap fokus agar bisa merebut gelar di mana pun kami bertanding,” tambahnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Daniel Marthin, yang bertekad untuk melakukan persiapan lebih baik ke depan agar bisa membawa pulang gelar untuk Indonesia.

“Kami tidak akan berhenti di sini. Hasil runner-up ini justru menjadi motivasi untuk meraih gelar juara di turnamen berikutnya,” tegas Daniel.

Emosional dan Terharu, Rinov/Lisa Lolos ke Semifinal Indonesia Masters 2025

Pasangan ganda campuran Indonesia, Rinov Rivaldy dan Lisa Ayu Kusumawati, berhasil melaju ke semifinal Indonesia Masters 2025 setelah melewati pertandingan penuh ketegangan melawan pasangan asal Malaysia, Hoo Pang Ron dan Cheng Su Yin. Laga yang digelar di Istora Senayan, Jakarta, pada Jumat (24/1/2025) tersebut berlangsung dalam tiga gim sengit dengan skor akhir 21-23, 21-11, 21-19.

Laga ini diawali dengan dominasi pasangan Indonesia, yang langsung tancap gas dengan mencetak empat poin beruntun dan memimpin 4-0. Namun, pasangan Malaysia mulai menunjukkan perlawanan sengit. Beberapa kesalahan kecil yang dilakukan oleh Rinov, seperti pengembalian bola di depan net, memberikan peluang bagi Hoo dan Cheng untuk mengejar ketertinggalan mereka, hingga akhirnya memperkecil skor menjadi 7-8.

Pada gim pertama, meskipun Rinov dan Lisa sempat memimpin cukup jauh, Hoo dan Cheng berhasil bangkit, memanfaatkan beberapa kesalahan dari pasangan Indonesia, dan akhirnya merebut gim pertama dengan skor 23-21. “Kita hanya ingin meluruskan, bukan ada niat buruk. Kami terus berusaha meskipun sempat tertinggal,” kata Lisa dengan penuh syukur usai pertandingan.

Namun, pada gim kedua, pasangan Indonesia tidak tinggal diam. Mereka segera mengubah pola permainan dengan tancap gas, memimpin hingga interval dengan skor 11-5, dan memperlebar keunggulan menjadi 18-10. Dengan permainan yang lebih tenang dan terukur, Rinov dan Lisa akhirnya menyelesaikan gim kedua dengan kemenangan 21-11, memaksa pertandingan berlanjut ke gim penentuan.

Pada gim ketiga, pertandingan kembali berjalan sangat ketat. Rinov/Lisa sempat tertinggal 7-10, namun berhasil bangkit dan menyamakan kedudukan menjadi 10-10. Meskipun Hoo dan Cheng sempat menjauh di angka 16-13, pasangan Indonesia tidak menyerah begitu saja. Mereka terus mengejar, dan pada akhirnya berhasil memaksakan skor 19-19. Pada saat-saat krusial tersebut, satu smes keras dari Rinov yang tidak mampu dijangkau oleh lawan memastikan kemenangan bagi pasangan Indonesia dengan skor 21-19.

Lisa, yang tampak lebih ekspresif dalam pertandingan ini, mengungkapkan, “Dukungan penonton dan doa dari keluarga besar, terutama ibu dan kakek-nenek, sangat membantu saya tetap fokus.” Rinov menambahkan, “Setelah tertinggal, kami berusaha mencari pola permainan yang tepat untuk memberi ruang bagi Lisa menyerang, dan akhirnya berhasil keluar sebagai pemenang.”

Dengan kemenangan ini, Rinov dan Lisa memastikan tempat mereka di babak semifinal, di mana mereka akan bertemu pasangan Jepang, Hiroki Midorikawa dan Natsu Saito, yang sebelumnya menundukkan Goh Soon Huat dan Shevon Jemie Lai dari Indonesia dengan skor 21-15, 21-19. Dengan semangat yang tinggi dan dukungan penuh dari penonton, Rinov dan Lisa berharap bisa melangkah lebih jauh di turnamen bergengsi ini.

Anak Mantan Ketua PBSI Bone, Andi Adly, Melatih Klub Badminton Di Zhengzhou, Cina

Andi Adly, anak dari mantan Ketua PBSI Bone, Andi Darwis Massalinri, resmi memulai karirnya sebagai pelatih klub badminton Qiaofei Sports di Zhengzhou, Cina. Tawaran untuk melatih klub tersebut datang setelah Adly menunjukkan bakat dan dedikasinya dalam dunia badminton, baik di tingkat lokal maupun nasional. Keputusan ini menandai langkah besar dalam perjalanan karirnya di luar negeri.

Andi Adly mengungkapkan bahwa ia merasa terhormat dan bersemangat untuk melatih di Cina, salah satu negara terkuat dalam olahraga badminton. Dalam wawancaranya, ia menyatakan bahwa kesempatan ini merupakan tantangan yang ingin ia ambil untuk mengembangkan kemampuan pelatihan dan berbagi pengetahuan dengan atlet muda di sana. Adly berharap dapat membawa pengalaman dan teknik yang telah ia pelajari selama ini untuk meningkatkan performa para pemain di Qiaofei Sports.

Sebagai anak dari seorang tokoh penting dalam dunia badminton di Indonesia, Adly merasa memiliki tanggung jawab untuk meneruskan warisan positif tersebut. Ia ingin membuktikan bahwa meskipun berasal dari daerah kecil seperti Bone, potensi atlet dan pelatih lokal dapat bersaing di kancah internasional. Dengan dukungan keluarganya dan pengalaman yang dimiliki, Adly percaya bahwa ia dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan badminton di Cina.

Melatih di luar negeri juga memberikan kesempatan bagi Adly untuk memperluas jaringan dan belajar dari pelatih serta atlet lainnya. Ia berharap dapat menjalin kerjasama yang baik dengan Qiaofei Sports dan mengembangkan program latihan yang efektif untuk meningkatkan kemampuan atlet. Selain itu, pengalaman ini juga akan menjadi bekal berharga ketika ia kembali ke Indonesia untuk berkontribusi lebih lanjut dalam pengembangan olahraga badminton.

Dengan langkah berani ini, Andi Adly tidak hanya mengejar impian pribadinya tetapi juga membawa nama baik daerahnya, Bone, ke pentas dunia. Ia berharap bahwa kisahnya dapat menginspirasi generasi muda lainnya untuk tidak takut bermimpi besar dan mengejar kesempatan di luar negeri. Keberhasilan Adly di Cina akan menjadi contoh nyata bahwa dedikasi dan kerja keras dapat membuka banyak pintu peluang dalam dunia olahraga.

Duet Legendaris Zheng/Huang Berakhir, Huang Ya Qiong Resmi Pensiun dari Bulu Tangkis

Pebulu tangkis ganda campuran asal China, Huang Ya Qiong, resmi mengumumkan pengunduran dirinya dari tim nasional pada hari pertama tahun 2025. Pengumuman tersebut disampaikan melalui akun resmi Weibo miliknya, menandai akhir perjalanan kariernya di kompetisi internasional.

Pemain berusia 30 tahun ini memutuskan untuk meninggalkan tim nasional setelah sebelumnya menutup musim 2024 dengan pencapaian luar biasa, termasuk meraih medali emas di Olimpiade Paris 2024 dan menjuarai BWF World Tour Finals 2024 bersama pasangannya, Zheng Si Wei.

Akhir Perjalanan Karier dan Kenangan Manis

Keputusan Huang untuk pensiun menyusul langkah Zheng Si Wei, yang lebih dulu mengumumkan pengunduran diri dari kompetisi internasional. Sebagai pasangan di lapangan, mereka telah mencatatkan banyak prestasi gemilang dan menjadi salah satu duet paling dominan dalam sejarah bulu tangkis ganda campuran.

Pada malam tahun baru 2024, Huang dan tunangannya, Liu Yu Chen, tampil dalam sebuah acara televisi di TV Satelit Zhejiang, di mana mereka membawakan lagu romantis “You Are the Most Precious.” Momen tersebut menambah kenangan manis dalam perjalanan karier Huang yang penuh pencapaian.

Pernyataan Resmi Pengunduran Diri

Dalam pernyataan panjang yang diunggah di Weibo, Huang mengungkapkan alasannya memutuskan pensiun, termasuk faktor fisik dan emosional yang memengaruhinya.

“Halo semuanya, selamat tahun baru! Pada hari pertama tahun 2025 ini, saya ingin berbagi kabar bahwa saya telah mengajukan pengunduran diri dari tim nasional,” tulis Huang.

Huang mengaku bahwa sejak mempersiapkan Olimpiade Paris, ia telah memutuskan bahwa itu akan menjadi ajang terakhirnya. Cedera yang terakumulasi selama bertahun-tahun dan usianya yang bertambah menjadi pertimbangan utama dalam keputusannya untuk berhenti bertanding di level elite.

“Meski saya masih bisa bermain, kondisi fisik dan usia membuat saya ragu untuk terus mengemban misi memenangkan kejayaan bagi negara,” tambahnya.

Namun, Huang menegaskan bahwa meskipun dirinya mundur dari tim nasional, ia tidak akan meninggalkan dunia bulu tangkis. Ia berkomitmen untuk tetap terlibat dalam olahraga yang telah menjadi bagian penting dalam hidupnya, termasuk membantu para atlet muda sebagai sparring partner.

Ucapan Terima Kasih dan Harapan Masa Depan

Dalam pesannya, Huang menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua pihak yang telah mendukungnya sepanjang karier. Ia mengapresiasi pelatih, rekan setim, staf tim nasional, dan terutama tunangannya, Liu Yu Chen, yang selalu memberikan dukungan penuh.

“Bulu tangkis adalah tujuan hidup saya, dan saya akan terus berjuang untuk itu. Meski saya meninggalkan arena kompetisi, semangat saya tetap untuk bulu tangkis,” ujar Huang.

Akhir Era Zheng/Huang di Ganda Campuran

Dengan keputusan Huang untuk pensiun, pasangan legendaris Zheng Si Wei dan Huang Ya Qiong resmi berpisah. Nama mereka pun sudah tidak tercantum dalam peringkat ganda campuran BWF pada 1 Januari 2025.

Duet ini telah mencatat sejarah dengan berbagai gelar bergengsi, menjadikan mereka salah satu pasangan ganda campuran terbaik dalam sejarah bulu tangkis.

Keputusan Huang untuk mundur menjadi akhir dari sebuah era yang penuh prestasi dan kenangan indah. Namun, semangat dan dedikasi Huang untuk bulu tangkis akan terus menjadi inspirasi bagi generasi atlet berikutnya.