Memasuki tahun keempat, kampanye LALIGA VS Racism semakin gencar dilaksanakan, bertepatan dengan Hari Internasional Penghapusan Diskriminasi Rasial pada 21 Maret. Inisiatif ini bertujuan untuk mengajak masyarakat berperan aktif dalam melawan rasisme di dalam maupun di luar lapangan sepak bola. LALIGA bersama EA SPORTS terus menunjukkan komitmennya dalam memberantas segala bentuk diskriminasi dengan strategi hukum dan keamanan yang ketat. Delegasi LALIGA di Indonesia, Almudena Gomez, menegaskan bahwa mereka tidak menoleransi rasisme dan berupaya menghapus segala bentuk kekerasan dari stadion.
Di Indonesia, kampanye ini diwujudkan melalui kegiatan Fun Football yang melibatkan 30 jurnalis dari berbagai media. Acara yang digelar di Jakarta pada 19 Maret ini membuktikan bahwa perbedaan latar belakang tidak menjadi penghalang untuk menjalin persahabatan. Para peserta menggunakan bola pertandingan edisi khusus PUMA Orbit yang dirancang khusus untuk kampanye ini. Perwakilan media, Diego Basro dari CNN Indonesia TV, menyampaikan apresiasinya terhadap acara ini karena menunjukkan persatuan di antara berbagai media dalam satu tujuan yang sama.
Sejak musim 2015/2016, LALIGA secara aktif melaporkan insiden kekerasan dan pelecehan kepada Komisi Negara Anti-Kekerasan, Rasisme, Xenofobia, dan Intoleransi dalam Olahraga serta Komite Kompetisi RFEF. Beberapa kasus besar telah menciptakan preseden hukum yang memperjelas konsekuensi pidana atas perilaku rasis di sepak bola Spanyol. Salah satunya adalah hukuman terhadap tiga pelaku pelecehan rasial terhadap Vinicius Jr pada 2024, yang menerima delapan bulan penjara serta larangan masuk stadion selama dua tahun. Selain itu, pelaku penghinaan terhadap Vinicius Jr dan Samuel Chukwueze pada September 2024 dijatuhi hukuman enam bulan penjara serta larangan stadion 18 bulan. Hukuman serupa juga dijatuhkan kepada pelaku pelecehan terhadap Carlos Akapo dalam laga Granada CF kontra Cadiz CF pada 2022.
Pada edisi keempat ini, LALIGA menggandeng EA Sports FC serta seniman urban SUSO33 yang menghadirkan karya seni bertajuk Melting Pot of Cultures. Karya ini menyoroti bagaimana sepak bola dan seni dapat menjadi bahasa universal yang membangun dialog dan rasa hormat di antara berbagai budaya. Kampanye ini melanjutkan inisiatif sebelumnya seperti Unity VS Racism, Together VS Racism, dan #1voiceVSRACISM, yang semakin memperkuat semangat untuk melawan diskriminasi dalam sepak bola dan kehidupan sehari-hari.